Kamis, 06 Oktober 2016

Mengolah Sampah secara Tuntas dan Ramah Lingkungan

Penemu Konsep Biomethagreen, DR. Muhamad Fatah Wiyatna, S. Pt, M. Si,
TINGGINYA volume sampah sisa rumah tangga dewasa ini menjadi permasalahan kompleks yang dihadapi di berbagai daerah, khususnya kota-kota besar.
Bila tidak dikelola dengan serius dan baik, volume sampah yang tidak terkendali ini menjadi ancaman serius bagi manusia.

Selain mencemari lingkungan dan menimbulkan bau busuk tak sedap, tumpukan sampah yang menggunung juga akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan manusia.

Atas dasar kerpihatinannya pada masalah sampah tersebut, aktivis lingkungan, DR Muhamad Fatah Wiyatna, S. Pt, M. Si, berhasil membuat suatu konsep pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, dan ramah energi.

Bahkan setelah melalui berbagai proses hingga proses penyempurnaan konsep ini, dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini mampu mengembangkan konsep pengelolaan sampah yang mampu menghasilkan energi listrik dan gas ramah lingkungan.

“ Konsep pengelolaan sampah ini saya sebut Biomethagreen. Konsep ini telah saya kembangkan dan diuji coba sejak tahun 2008. Sebelumnya, pada tahun 2007, di Fakultas Peternakan Unpad, dalam rangka program pengabdian masyarakat. Saya melakukan riset untuk pengelolaan limbah ternak, dan waktu itu belum tren biogas selain dari kotoran sapi. Karena biogas dari kotoran sapi ini tidak praktis dan menimbulkan bau tak sedap, kemudian awal 2008 saya mulai melakukan riset untuk biodigester,” kata pria yang beralamat di kepada Sumedang Ekspres di Kompleks Griya Taman Lestari Blok C5/1, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang belum lama ini.

Biodigester sendiri, kata dia, merupakan suatu sistem yang mempercepat pembusukan bahan organik. Darinya, terbentuk biogas dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob (suatu bakteri fakultatif yang dapat hidup dengan ataupun tanpa adanya oksigen).

“ Konsepnya sederhana, mengelola sampah melalui teknologi yang praktis, tuntas, dan ramah lingkungan. Jadi, berbahan baku sampah organik, kemudian sampah organik ini diolah dan dapat menghasilkan gas sebagai bahan bakar dan listrik yang ramah lingkungan, dan bahkan menghasilkan pula pupuk organik yang bebas dari bahan kimia serta bermanfaat bagi tanaman, ikan, dan lainnya. Tujuannya, agar sampah organik ini tidak menjadi limbah bagi lingkungan,” ujar sosok kelahiran Subang, 23 Oktober 1969 ini.

Dari penelitian, dan uji coba yang panjang itu, kata suami dari Inna Samsuminar ini, lahirlah konsep pengelolaan sampah yang disebut biomethagreen. Setelah konsep ini lahir, dimulai dari lingkungan rumahnya, dia berhasil mewujudkan lingkungan rumah yang bersih dengan pengelolaan sampah yang tuntas dan ramah lingkungan.

“ Setelah dicoba digunakan di rumah, Biomethagreen ini selain menjadi solusi pengelolaan sampah yang tuntas dan ramah lingkungan juga mampu menghasilkan bahan bakar gas, dan energi listrik sehingga kami tidak lagi merasa khawatir akan ketersediaan dua energi ini. Bahan Slurry (limbah) yang berasal dari biodigester yang berupa cairan ini menghasilkan pupuk organik yang tidak mengandung bakteri penyebab penyakit dan bahan berbahaya lainnya. Tetapi justru, memiliki nilai manfaat karena mengandung nutrisi atau unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman, ikan dan lainnya,” sebut ayah dari Syifa Zahidah, Hamzah Zainul Muttaqin, dan Nizar Taqiudien ini.

Seiring waktu, konsep Biomethagreen ini, ternyata mulai dilirik oleh banyak pihak. Selain digunakan sebagai pengelola sampah rumah tangga, Biomethagreen ciptaannya ini telah banyak digunakan oleh rumah tangga, juga oleh perumahan, perkantoran, pasar, rumah makan, hotel, peternakan, hingga rumah sakit diberbagai daerah di Indonesia.

“ Saat ini, selain Unpad, mitra kami juga dari institusi pemerintahan, BUMD, BUMN, hingga perbankan. Alhamdulillah biomethagreen banyak dimanfaatkan karena fungsinya dan berkat kesadaran masyarakat sendiri yang menginginkan lingkungannya bersih dari sampah, khususnya sampah organik. Karena sampah organik ini mampu dikelola secara tuntas dan ramah lingkungan. Dengan konsep ini pula saya berharap mampu memperpanjang umur dari tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) di tiap daerah, di Indonesia khususnya,” tuturnya. (Bay)

Tidak ada komentar: